malamnya..
"Semuanya pada tidur ya! kakak juga mau ke tenda kakak sendiri." ucap kak Riri. Kami semua mengangguk. Begitu kak Riri pergi, Aku segera membangunkan teman-teman kelompok 1 & 2 yang sedang pura-pura tidur. "Hoy! Ayo bangun. Kak Riri udah pergi, jadi gini rencananya. Indri, kamu kan bawa kamera, nah itu kita pasangin tali rafia. Ami, kamu kan punya gelas plastik kosong yang udah bersih, kita sambungin sama tali kur punya Zee. Nah yang lain siap-siap ambil baju gelap, terserah kalian yang mana aja, pakai sekarang! Nah siap bawa senter ya semuanya." perintahku kepada mereka semua. Aku juga segera meng-sms Faiz, Kiky, Ray & Riza. Memang sih agak susah, apalagi mereka ber-4 beda kelompok, tendanya juga jauh-jauhan pula, kecuali si Riza, dia kan sekelompok sama aku. "Sekarang, semuanya tunggu disini, aku & Zee mau menculik satu OB dulu." ujarku berbisik. Kami mengendap diam-diam. dan "Hppmpph! Hmppph!" teriak si OB, Mas dadang. "Psst! mas, kita nggak mau ngebunuh kamu, kita cuma mau minta tolong sama kamu." ucap Zee pelan sambil menyeret Mas dadang ke tenda kami. dan untungnya saja nggak ada guru yang terbangun akibat teriakan mas Dadang yang mulutnya ditutup oleh ku. Di tenda.. "Hufft. Ada apa siih?" tanya mas Dadang, OB yang paling dekat dengan kami. "Kita mau jalan ke tempat tracking yang buat besok! atau ya pokoknya ke sekitar sini lah." jelasku berbisik lagi. "Kalian sanggup? apalagi malem-malem kayak gini." tanyanya meragukan kami, kami balas dengan anggukan. "ya udah.Tapi jangan salahkan aku ya kalo kalian kenapa-napa." "iyaa mas." tapi sebelum jalan, kami masih ingin mendengar percakapan Trio aneh itu. "Alika! siap?" tanya ku pelan, kepada adik kelasku itu yang siap menempelkan gelas plastik ke tenda trio aneh itu. ia memberi aba-aba, dan ini dia pembicaraanya.
Widy: "Aril, gimana tadi, rencana kita berhasil ya?"
Aril: "iyalah, Wid. Aku gitu loh.."
Karen: "Hussh! udah ah pacarannya! ngantuk nih."
Riska: "iya. siapsiap buat besok, kalo kita ketauan harus ngerencanain rencana baru"
Widy: "Tidur disni aja ya, Ril"
Aril: "eh eh.. masa aku tdr diantara perempuan"
Widy: "yaudah, sana deh, ke tenda di belakang sini"
"Semuanya! masuk ke tenda!!" seru ku. ohiya! saat itu Faiz, Riza, Kiky & Ray sudah masuk ke tendaku. Rini, anak kelas 3 membantu kami juga, "Kak, situasi udah aman!" ucapnya setelah mengintip. Tapi aku menyuruuh anak kelas 3 & 4 tetap di tenda. biar kelas 6 & kelas 5 aja. Anak laki kelas 5 yang ikut hanya Den, nama aslinya Dandy, tapi yaa dia lebih sering dipanggil Den. Kami semua berjalan pelan-pelan keluar dari lokasi camping. "Nadh, tas kamu gede banget. Ngga berat?" tanya Faiz. "Hmm, nggak kok. Isinya juga pasti nanti bakalan berkurang. Sementara itu, Aku kembali memastikan keadaan disana, lewat walkie talkie. "Indri, Nadh masuk." "Iya, Kak Nadh, masuk masuk." balasnya. "Jangan lupa tulis pesenku yang tadi, trus tempelin di tempat-tempat yang udah aku kasih tau juga. kalo aku lupa ngasih ke kalian lakban, kalian ambil kanton plastik, lumurin tangan kalian pake air yang udah aku campurin sama tembakau & ijuk, trus ambil lintah yang ada, getok pake batu, trus tempelin. oke?" jelasku. "Hmm, tapikan, kaak, OKE AKU BISA!" bales indri. "Makasih ya, Ndri." Medan yang kami lalui juga naik-turun tak sempurna. Yang di depan anak kelas 5. nah yang tengah-belakang kelas 6. Yang paling belakang Kiky. Dia emang lumayan kuat, jadi tidak memungkin kan untuk menyebabkan efek domino. hehe. "Semuanya! ati ati." seru Den dari depan. "berpasangan! turunnya susah! licin banget." tambah Alika. Ray berpasangan dengan Zee. Aku & Faiz, Kiky & Riza. kenapa Aku & Zee terpisah? karena biasanya kalo perempuan deketan sama permpuan lebih memungkin kan untuk jatoh, karena kadang-kadang kan suka nggak sekuat laki-laki. "Nadh, sini, aku bantuin, tas kamu itu berat banget! biar kamu nggak jatoh." ucap Faiz. "Nggak apa apa, Iz. aku bisa. Aku cuma mau kamu bantu aku dengan cara pegangin aku." jawabku. "yaudah deh. sini tanganmu, biar aku bantu kamu." balasnya. "Makasih ya, Iz."
Kita berjalan dari tenda aja udah jam 11.30, kira-kira sampe sana jam berapa ya? Hmm. Untung tadi kita udah minum 2 bungkus kopi. "Nadh, Aku haus. tapi kan susah kalo harus ngambil minuman ditasku." ucap faiz. "Nih, minum dari sini, aku bawa air minum yang dibotol besaaar! jadi bisa langsung di sedot dari sini. tapi ganti plastik ujungnya dulu." jelasku. "Makasih ya,Nadh. Kamu jago banget." "ehh, eh, iya ya? hhe". walaupun aku masih nggak mengerti apa yang dimaksud "jago banget" sama dia. "Mas berapa meter lagi?" tanya Zee. "Nggak tau, ikutin aja dulu." balas Mas dadang. Aduh, capek banget, emang nggak ngantuk sih, tapi capek! biasanya juga jam segini aku cuma tidur-tiduran sambil nonton bola. Mungkin karna aku terlalu capek, jadi agak sedikit lemes dan nyaris kepeleset, tapi untungnya Faiz langsung menahanku. "Nadh!" serunya. "Ati-ati ya. Kamu capek ya?" tanyanya lagi. "Iya nih. Pengen banget duduk." jawabku. Lalu Faiz segera berteriak kepada mas Dadang yang ada di depan. "mas! berenti dulu mumpung ada tempat buat duduk. Nadh capek banget." serunya. "Waduh, beneran nih nggak apa-apa?" tanyaku. "Iya, nggak apa-apa kok Nadh." balas yang lain. Hufft. Capek.. Aku segera menggulung celana panjang army-ku itu. "Aw.." ucapku begitu memencet luka yang ada di lututku. "Kenapa Nadh?" tanya Zee. "Ini nih. Aww, sakit banget." jawabku. "Mana, Nadh? berdarah nggak? tanya Faiz. "Iya nih. Kamu tau nggak kalo kayak gini kena apa?" tanyaku lagi. "Kalo kayak gini sih kayaknya kebaret ranting pohon. mungkin waktu kamu mau jatoh tadi. Jangan langsung dikasih plester, nih, coba kamu tempelin daun ini dilututmu, pasti lebih enak." jelasnya. aku segera mengambil Daun yang dipegang Faiz. saat aku tempelkan, hmm rasanya dingin. "Sekarang udah boleh dikasih plester?" tanyaku lagi. "Iya. sini plesternya aku bukain." ujar Faiz. "Makasih banget ya." balasku. "sama-sama, Nadh." "ehem" timpal Riza. "Ray, kok kamu nggak kayak gitu sih ke Zee?" goda Kiky. "Zee, kamu luka? sini aku bukain plesternya." ucap Ray mengikuti gaya Faiz. "hahaha!" semua tertawa bahagia. "eh ayo! udah jam brapa nih, bentar lagi mereka bangun!" seru ku. "kaki mu kan masih luka Nadh. Nggak apa-apa?" tanya Zee. "nggak apa-apa! Nanti juga pasti masih ada kemungkinan luka lagi kan? ayo lah. waktu kita tinggal sedikit" ujarku. kami semua segera siap, lalu berjalan lagi.
Kami berjalan lagi, sampe akhirnya kita sampai disebuah sungai yang cukup jernih pada pukul 00.30! "kalo kalian mau istirahat, kesana aja, disana ada Saung." ucap Mas dadang sambil menunjuk saungnya. kami segera menaruh tas disaung dan melanjutkan project pemecahan masalah. "Den, Alika & Sher kesana ngeliat peta yang ada disana. Ray & Zee, kalian cari disekitar sungai itu. Kiky & Ray kalian cari di sepanjang jalan yang beraspal ini. Aku & Faiz ngeliat ke rumah-rumah penduduk yang disana. Mas dadang biar istirahat disini. Gelap bukan tantangan kita kan? so, let's go!" seru ku. "Kamu bisa bicara sama mereka?" tanya Faiz. "bisa. Bahasa yang ada di sekitar sini paling sunda. Aku punya temen dari bandung, aku pernah diajarin dia bahasa sunda. yaa cukup bisa lah dikit-dikit." jelasku. "Jawa gimana?" tanya nya lagi. "Bisa lah! Aku kan ada keturunan jawa. "Ohh." balasnya. tiba-tiba saat kami baru berjalan, ada ibu-ibu yang sepertinya sedang mau menjemur baju. Faiz segera menyenggolku. "Ibu, nuwun sewu.." ucapku. "iya." balas si ibu. "gitu doang?" "he-eh". setelah kami berjalan melwati rumah demi rumah. Riza memanggil kami. "Ini, kartu sandi rumput punya Aril!" seru Kiky. "simpan dulu." ucapku singkat. "Zee! sini, disini ada bola kayak punyanya Widy, yang waktu itu dipinjem Aril." ucap Ray. "Kak Nadh! Petanya beda sama yang sebenernya." ujar Alika. Aku tertarik sama Alika. "Oh iya. Waktu kita survey tempat camping bareng-bareng, pas kalian udah pergi, aku nanya sama mas-masnya, katanya peta disini emang berbeda. disini semuanya berlawanan. Itu warga yang minta, supaya lebih aman. katanya sih begitu.." jelasku. "Jadi kalo kesana kan sungai, itu sebenarnya jurang? begitu sebaliknya?" tanya Sher. "Yup!". "tapi kalo orang yang mau ke sungai baca peta ini gimana?" tanya Den. harusnya mereka nggak terpengaruh sama peta tua yang jelas ada tulisannya di atas dengan huruf terbalik, yang kesannya seperti tulisan lama. arah tulisannya pun dibalik, dari kanan ke kiri." jelasku lagi. "Hebat!" seru Faiz. "keren kamu bisa paham semuanya! sampe edisi keberapa kamu baca komik itu?" tanyanya. "baru 30" balasku. "Riz, aku juga baru nemuin gelang ini. mirip punya nya Karen." tambah Riza. Hmm, kalau begini sih jelas bagaimana cara mereka menculik Lita & Rany. "Guys! kumpul lagi di saung." seru ku. "Mas dadang. jadi ini rencana kita. sekarang mas dadang boleh ke atas lagi, tapi jangan bilang-bilang ya soal ini ;) " ucapku. "Iya. yaudah, mas dadang ke atas dulu ya. Indri gimana?" "iya, tanya aja sama indri." balasku.
Kita berdiskusi selama 30 menit. setelah berdiskusi semua tidur, karena lelah termasuk aku. Setahu ku yang tidur paling terakhir tidur itu faiz, dan dia tidur di sebelah Riza. Waktu kami tidur tidak boleh lebih dari 3/2 jam agar waktunya pas. Jadi kami memasang alarm. Tapi alarm-ku telat & aku memang capek banget, jadi nggak denger alarm siapapun. Tapi, aku terbangun ketika terdengar banyak suara tawa. "Zee. Ada apa sih?" tanyaku dengan wajah yang super kucel. "Itu! tadi waktu kamu sama Faiz masih tidur. nih ada fotonya!" seru Zee sambil menunjukan sebuah foto di hp-nya. "HAH?!! boong deh. kapan nih?" seru ku kaget melihat gambar, aku yang bersender ke bahu faiz. "Waktu kamu belom bangun. Si faiz tuh pindah ke tiang yang kamu sender trus, kepala mu jatohnya jadi pas ke bahunya faiz deh." jelas Kiky. -__- terserah lah. Tiba-tiba walkie talkie ku menyala. "kak Nadh, masuk." "Iya, Indri masuk masuk. kenapa?" "Baterainya habis, cadangan untuk baterai kamera dimana?" "di kanton plastik dekat makanan Ami & Resha." "oke oke". Oh iya, aku belum cerita ya kameranya di pakai untuk apa? kameranya di gantung, di jendela tenda-nya Widy dkk. Karen bilang waktu kak Riri pergi, dia mau mengungsi ke tempatnya widy. Begitupun Riska & Aril. Tapi kalau Aril, dia bilang mau ke tenda yang masih kosong aja. "terlalu gampang untuk di tebak. Sekarang kita latihan aktingnya aja! siip?" "siip!" Akhirnya kami memutuskan untuk latihan akting. Sementara itu aku nggak ikutan dulu. Aku ngebuatin mereka mie instan. Iya, itulah isi tas back-pack ku. "Guys! Nih, makanannya udah siap!!" seru ku. "Loh, darimana kamu dapet air hangatnya darimana?" tanya Ray. "Hmm. Waktu aku & Zee nyulik mas Dadang, aku ngambil termosnya mas Dadang. hehe. Lagi pula, aku juga udah bilang kok." jelasku. "Kalo masih laper, aku ada roti nih. Ada beberapa chiki juga." tambahku. "Nadh, kamu nggak ikutan makan Mie?" tanya Faiz. "Tadi udah. Ada yang bawa coklat nggak?" jawabku sekaligus bertanya pada yang lain. "Aku bawa. Mau?" tawar Faiz. "Boleh. Makasih ya!" balasku. "Nggak takut gemuk?" tanya Zee. "Justru, coklat itu ngenyangin. Dan, bisa nge-ganjel perut dulu, dna tahan lebih lama. Makanya, dulu waktu kita kecil pasti kita disuruh makan nasi dulu kan, baru boleh makan coklat. ternyata tuh itu penyebabnya!" ucapku. "Eh udah Adzan tuh, sholat yuk!" ajak Sher. "Ayo!" balas yang lain. Kiky yang jadi Imam. Kita sholat di saung. "Waktu kita tinggal satu jam! Ayo, siap-siap. Aku biar ngasih tau Mas Dadang & Indri." jelasku. "Lalu aku bilang ke Indri supaya memberitahu kepada semuanya agar tidak panik, dan membawa mereka ke setiap kertas yang sudah di tempel di spot-spot tertentu.
"Kak, yang lain pada kemana?" tanya kak Riri ke kak Hafizh. "Kalo kakak mau tau, ajak guru-guru kelompok yang lain buat ikut sama aku!" seru Indri. "Kamu tau?" "iya kak". "Semuanya! Ayo ikuti Indri dkk!" seru kak Rendy, guru outbound kami. "Nih ada kertas di pohon ini. ada tulisan: Jika kalian ingin ketempat kami, carilah kertas berikutnya dan ambil alat yang ada di dekat kertas itu. Kertas itu ada di pohon yang bentuknya melengkung." baca Indri. Semuanya segera mencari. Kak Riri yang menemukannya pertama. "Ini! Ada kantong air yang udah dicampurin ijuk & tembakau. semuanya, harus memakai ini. Dan menurut kertas ini, petunjuk selanjutnya masuk ke hutan dari tenda kelompok 6, dan ikuti gulungan tali rafia merah & lakban biru." jelas kak Riri. Semuanya tanpa terkecuali menyusuri hutan. Indri & anak perempuan kelompok 1 & 2 ada dibelakang, dan enggan bicara. Begitu sampai di sungai, semua terbelalak begitu melihat kita yang sudah siap memegang beberapa barang bukti. "Kak Nadh, sekarang jelasin semuanya ke mereka!" seru Resha.
This is the moment i will show to you, how much my brain can working. "Ini cuma soal otak. Dan pikiran yang nggak sesusah pelajaran Math." ucapku. "Cara pelaku membawa Lita & Rany kesini adalah melewati jalan tercepat. Yang pasti tidak lewat hutan yang tadi. Tapi, alasan pertama, kenapa mereka mengincar Rany & Lita, karena mereka berdua tidak ikut survey pada hari itu. Mereka lewat jalan yang ada di sebelah sana, dan tertipu oleh peta yang terbalik itu. Peta itu sengaja dibuat terbalik sehingga membingungkan orang yang berniat jahat. Pasti si pelaku bingung kenapa jurang yang dimaksud, tidak ada, yang ada malah sungai, otak mereka memang cerdas dalam pelajaran, tapi kali ini tidak! karena mereka bingung, jadi mereka asal taruh di dekat sungai. padahal, disitu ada saung." jelas Zee rinci. "Dan mereka nggak langsung pergi. Mereka sempet main bola dulu disini. Dengan bola ini! Bola yang dibagian bawahnya tertuliskan nama si pemilik. Itu sebabnya saat kemarin sore, saat kita mau meminjam bolanya, dia bilang hilang. padahal hanya dia yang membawa bola." tambah Kiky. "Ada juga sandi rumput yang tertinggal disini, pasti saat bermain bola sempat terjatuh. Ada juga gelang milik entahlah siapa, tapi gelang ini dapat di kecilkan, tapi saat kami mau longgarkan lagi sudah tidak bisa, jadi apakah mau langsung dibuktikan siapa pemilik gelang ini?" tawar Riza. "Mau!" seru semuanya. "Tapi tunggu dulu, siapa yang merencanakan dibawa ke tempat seperti ini? orangnya cukup pintar dan mungkin sering mendapat nilai bagus saat try out. Dia pintar sekali mencari tempatnya dan membaca petanya! Tapi sayangnya kode-kode kecil, ia abaikan." tambah Ray. "Kak karen!" panggil Alika. "Kak Widy!" panggil Sher. "Kak Aril!" panggil Den. "Kak RISKA!" panggil mereka ber-3. "Kalian pelakunya!!" seru kami ber-9. "Gelang ini sesuai dengan ukuran tangan Karen yang agak besar. Bola ini, milik Widy yang waktu itu dipinjam Aril, dan ini kartu sandi rumput milik Aril.." jelas Zee lagi yang aku potong "Dan luka di kaki Riska! Itu akibat terbentur batu kali saat menyeret Lita & Rany!" seru ku. Semua terdiam sejenak. "Darimana kamu tau tentang luka itu?" tanya Riska. "Aku belajar banyak hal tentang luka setelah aku merasakan luka itu sendiri. Aku sempet kebaret kayu, dan memar mu itu parah! Tidak mungkin terkena kayu, karena disekitar sini tidak ada kayu, seperti yang aku rasakan di hutan." jawabku. "Punggung Lita & Rany juga agak bungkuk karena itu." timpal Kiky. "Kalian ber-3 pembohong." tambah Indri
Tanggapan apa dari guru-guru ttg mereka? semua makin penasaran. "Kalau kalian masih minta bukti, ada di cameraku! Ayo semuanya lihat!" ajak Indri. Lalu semua segera melihatnya. Guru-guru sungguh kaget, akhirnya mereka dipulangkan lebih dulu & di hukum tidak ikut wisuda. "Sungguh camping yang seru" ucapku. yang lain juga mengagguk. Lalu kami semua bermain di sungai itu. Bermain ciprat-cipratan air.
Hufft. capek! panjang banget! endingnya oke kaan? hehe oke, udah dulu ya! tunggu post Nadh selanjtnya! ;)
Quiz: sebenarnya ada apakah diantara Faiz & Nadh?? Hmm ikuti terus cerita mereka ;D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar